Rabu, 01 Januari 2014

MOTIVASI DALAM ORGANISASI


Motivasi dalam Organisasi.
A.    Definisi Motivasi
Istilah motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin yakni movere, yang berarti “menggerakkan” (to move). Ada banyak perumusan mengenai motivasi, menurut Mitchell dalam winardi, motivasi mewakili proses-proses psikologika, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya dan terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan suka rela (volunter) yang diarahkan ketujuan tertentu.[1][1]
Cropley, (1985) Motivasi dapat dijelaskan sebagai “tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu”.Sedangkan Wlodkowski (1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah dan ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut.Pengertian ini jelas bernafaskan behaviorisme.
Menurut RA. Supriyono, motivasi adalah kemampuan untuk berbuat sesuatu sedangkan motif adalah kebutuhan, keinginan, dorongan untuk berbuat sesuatu.Motivasi seseorang di pengaruhi oleh stimuli kekuatan, intrinsic yang ada pada individu yang bersangkutan.Stimuli eksternal mungkin dapat pula mempengaruhi motivasi tetapi motivasi itu sendiri mencerminkan reaksi individu terhadap stimuli tersebut.[2][2]
Definisi lain tentang motivasi menurut Gray et-al dalam Winardi menyatakan bahwa motivasi merupakan hasil sejumlah proses, yang bersifat internal atau eksternal bagi seseorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.

B.     Konsep Motivasi
Motivasi adalah bagian dari komunikasi, manajemen dan kepemimpinan.Orang melakukan suat pekerjaan atas dasar suatu motif.Teori efisiensi-X oleh Leibenstein (1978), menyatakan bahwa “perusahaan atau organisasi secara internal efisien, yang berarti bahwa perusahaan atau organisasi itu menghasilkan keluaran (output) maksimal bagi seperangkat sumber daya tertentu (kadang-kadang disebut efisiensi teknis)”.Asumsi ini menimbulkan asumsi sampingan bahwa organisasi pasti meminimalkan biaya.
Dari kajian kepustakaan yang dilakukan Frantz (1988) mengenai efisiensi internal, ditemukan sebagian unsur yang termasuk kedalam efisiensi-X, diantarnya adalah :
·         Kajian Produktifitas
·         Alokasi Sumber Daya
·         Faktor Pendekatan Managemen
Dari sudut pandang ekonomi terdapat empat unsur kunci yang merupakan konsep usaha di tempat kerja, antara lain :
1.      Aktivitas (A) yang merupakan pekerjaan seseorang
2.      Kecepatan (K) melakukan aktivitas
3.      Presisi (P) Melakukan pekerjaan yang berkualitas
4.      Pola waktu (W) atau ritme melakukan pekerjaan[3][3]
Sementara hubungan horizontal menciptakan tekanan dalam dua cara :
1.      Melalui norma
semua anggota harus menanggung beban yang menjadi bagian mereka setelah mana mereka bekas bekerja segiat mungkin.
2.      Norma
Setiap individu diharapkan bekerja sesedikit yang mereka inginkan, namun mereka tidak boleh bekerja sedemikian giat sehingga membuat orang lain kelihatan buruk.

C.    Teori yang menjelaskan Motivasi
Untuk memahami tentang motivasi, kita akan bertemu dengan beberapa teori tentang
motivasi, diantaranya :
a.      Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada
pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan[4]
[4], yaitu :
1.      Kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : lapar, haus, istirahat dan sex
2.      Kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual
3.      Kebutuhan akan kasih sayang (love needs)
4.      Kebutuhan akan harga diri (esteem needs), pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan
5.      Aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan seseorang
mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi
kemampuan nyata.
b.      Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)
Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for
Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu :
1.      preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat
2.      menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka
sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain
3.      menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka,
dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.[5]
[5]
c.       Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG”)
Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG” . Akronim “ERG” dalam teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu :
E = Existence (kebutuhan akan eksistensi),
R = Relatedness (kebutuhanuntuk berhubungan dengan pihak lain, dan
G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan)
Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa :
·         Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan
untuk memuaskannya;
·         Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar
apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan;
·         Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi,
semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar.
·         Pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme oleh manusia. Artinya, karena
menyadari keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi obyektif
yang dihadapinya dengan antara lain memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang
mungkin dicapainya.[6]
[6]
d.      Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)
Ilmuwan ketiga yang diakui telah memberikan kontribusi penting dalam pemahaman motivasi Herzberg. Teori yang dikembangkannya dikenal dengan “ Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”[7][7].
·         Faktor Motivasional
Fakor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya
intrinsic (bersumber dalam diri seseorang).Misal : pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain.
·         Faktor Hygiene
Faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik
(bersumber dari luar diri), yang turut menentukan perilaku seseorang dalam
kehidupan seseorang.
e.       Teori Keadilan
Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan
kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang
diterima.[8]
[8] Artinya, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang
diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu :
·         Seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau
·         Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang
menjadi tanggung jawabnya.
·         Bila itu tidak mungkin, kita menghapus kekecewaan dengan meng-undurkan diri
dari organisasi tsb.
f.       Teori Penetapan Tujuan (Goal Setting Theory)
Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni :
1.      tujuan-tujuan mengarahkan perhatian;
2.      tujuan-tujuan mengatur upaya;
3.      tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan
4.      tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan
g.      Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan )
Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation” mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “Teori Harapan”. Menurut teoriini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akanmengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya..
h.      Teori Kaitan Imbalan Dengan Prestasi
Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor,
baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internaladalah :persepsiseseorang mengenai diri sendiri, harga diri, harapan pribadi, kebutuhan, keinginan, kepuasan kerja, dan prestasi kerja yang dihasilkan.
Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah :
1.      jenis dan sifat pekerjaan
2.      kelompok kerja dimana seseorang bergabung
3.      organisasi tempat bekerja
4.      situasi lingkungan pada umumnya
5.      sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.






[1][1] Prof. Dr. J.Winardi, SE, Managemen Prilaku Organisasi, (Jakarta:  Kencana, 2004), hlm.1
[2][2] Supriyono, Managemen Organisasi, (Bandung: Dieta Persada, 2003), hlm.329
[3][3] Ibid., Hlm 119
[4][4] Prof. Dr. Umar Nimran, MA., Prilaku organisasi, (Surabaya: Citra Media), 1997, hlm.42
[5][5] Miftah Thoha, Prilaku Organisasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), 1998, hlm 206-210

[6][6] Miftah Thoha, Ibid., hlm 204-206
[7][7] Prof. Dr. Umar Nimran, MA, Op.Cit., hlm 43
[8][8] Prof. Dr. Umar Nimran, MA, Op.Cit., hlm.46